Catatan Perjalanan di Bali Utara (Episode 4)

Perjalanan di Balai Utara, Masjid di Bali, Kebun Raya Bali,
Perjalanan kali ini merupakan puncak dari kegiatan kami selama di Pulau Dewata. Dari awal datang kami hanya sibuk dengan indahnya Bali bagian selatan, kali ini sebagai penutupnya perjalanan akan diarahkan menuju utara. Memulai perjalanan dari tempat kami menginab, desa adat selat yang berada di tengah pulau ternyata masih membutuhkan 30 menit perjalanan. Sempat terjadi insiden ban bocor, untung masih diawal perjalanan. Perjalan kali ini berbeda dari sebelumnya, sudah tak lagi sepanas kemarin. Mendung terlihat lebih mendominasi suasana, sepanjang perjalanan terlihat lebih sepi namun pemandangan alam masih saja menakjubkan. Kali ini medannya menanjak dengan jurang dan bukit – bukit yang semakin lama semakin naik. Udara dingin menjadi hal biasa selama perjalanan menuju tempat tujuan. Ya kami akan menuju Bedugul Kab. Tabanan, sebuah kawasan wisata alam yang terletak di area pegunungan.

Baca Juga : Hari Kedua di Pulau Dewata (Episode 3)


Kebun Raya Bali
Tempat pemberhentian pertama kali ini adalah Kebun Raya Bali. Sebuah kebun botani yang juga digunakan sebagai tempat penelitian dan pengembangan berbagai tumbuhan langka oleh LIPI. Tiket masuknya seharga Rp.7000,- atau bisa juga mengelilingi kebun dengan mobil pribadi dengan tiket masuk Rp.12000,-. Tempatnya sangat luas, menurut info yang kami dapat kurang lebih 157,5 Hektar. Kesan takjub segera menghampiri kami dengan hamparan taman yang luas dibawah gunung yang tegak menjulang. Suasana sejuk karena rindangnya pepohonan, hamparan rumput hijau serta berbagai bunga dan beberapa tanaman langka sangat apik tersusun. Ini semacam hutan yang mengaplikasikan desain taman yang terlihat sempurna. Rombongan keluarga banyak kita jumpai disini, umumya mereka duduk diatas rumput hijau sambil membawa makanan dan sesekali mengawasi anak – anak mereka yang asik bermain.  Ada juga wahana permainan yang sengaja dipersiapkan oleh pengelola.



Untuk yang suka petualangan, pengelola kebun dengan baik hati menyediakan beberapa jalur dengan keunikan masing – masing. Yang pertama jalur kuning , tanaman upacara adat seperti daun sirih, bunga melati, kayu dadap, kunyit, dan lain-lain akan sering anda jumpai pada jalur ini. Pada jalur ini pula kami menjumpai Pura Batu Meringgit, serta patung Rahwana Jatayu dan Patung Kumbakarna Laga. Yang kedua jalur ungu, jalur yang disediakan kusus untuk pecinta anggrek. Berbagai jenis anggrek dari dalam dan luar negri ada disini. Selanjutnya jalur merah, pada jalur ini kita disuguhi tanaman tradisional yang sering digunakan sebagai tanaman penunjang aktifitas masyarakat Bali. Jalur yang keempat adalah jalur biru, yang disediakan kusus untuk pecinta tumbuhan paku. Dan yang terakir adalah jalur burung, jalur yang disediakan untuk mengamati aktifitas berbagai macam burung pada habitatnya langsung.
Puas menyusuri semua jalur tersebut akirnya kami terhenti di sebuah tempat istirahat mirip bale yang masih berada di kawasan  kebun raya. Tak berapa lama hujan pun turun dengan lebatnya, hampir dua jam kami terisolasi di bale kecil ini. Namun tak apalah, hari ini kami mendapat pengalaman baru yang luar biasa. Kebun ini mengajarkan kepada kami bahwa suatu budaya bisa dipadukan dengan ilmu pengetahuan dan alam.
Makan di Warung Jawa 
Hujan mulai reda namun hari semakin gelap, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke danau bratan yang tidak jauh dari Kebun Raya. Di seberang jalan dekat dengan danau kami berhenti di sebuah warung muslim khas Lumajang. Menu nasi campur dan segelas teh hangat terasa tidak asing dilidah kami. Suasananya mirip di jawa, setelah kami telusuri ternyata banyak pendatang dari jawa yang tinggal di Bali.  Namun yang paling membuat kami takjub adalah sebuah masjid Besar yang berdiri tepat di depan area wisata pura Ulun Danu, pura terkenal yang diabadikan di uang kertas lima puluh ribu itu.
Tangga menuju Masjid Besar Al Hidayah Bali

Kemegahan Masjid Besar Al Hidayah Bali
Masjid Besar AL-HIDAYAH namanya, sebuah masjid dua lantai yang didirikan diatas bukit yang lumayan tinggi. Beberapa anak tangga kami lalui, tampak dari kejauhan kombinasi warna kuning dan hitam melengkapi megahnya arsitektur masjid ini. Fasilitasnya pun sangat lengkap dan terawat, mulai dari kamar mandi dan tempat wudhu semua ada disini. Namun anda harus bersiap – siap merasakan dinginnya air ditempat yang tinggi ini. Setelah melakukan solat kami sempatkan untuk jalan – jalan sebentar di depan masjid, dari halaman masjid besar itu kami dibuat terpana dengan hamparan danau yang terlihat luas dan indah. Dari sini Pura Ulun Danu terlihat jelas dengan berbagai aktifitasnya.
Pemandangan dari Halaman Masjid
Sungguh hebat arsitek masjid ini, pemilihan lokasi yang benar – benar tepat. Menempatkan sebuah tempat suci diatas ketinggian dengan pemandangan yang meyenangkan mata. Semua terlihat harmoni, komunitas Muslim dan Hindu disini kembali mengajarkan kami tentang indahnya toleransi. Mereka bisa hidup berdampingan bahkan saling menguatkan. Menjelang magrib kami sudah bergegas pulang, karena esoknya kami harus melakukan perjalanan panjang untuk kembali touring menuju Malang.

Baca Juga : Cerita Touring Malang Bali (Episode 4)